Kamis, 25 Agustus 2011

kisahku sebagai pengagum rahasia part II

Ah, jika aku terkenang akan senyumnya ketika ia melihat ku, aku jadi merasa istimewa. Jika terkenang akan canda tawanya padaku, keisengannya yang membuat ku seperti anak kecil saja, cara berjalannya, punggungnya yang tegap itu, tutur katanya, dan matanya yang memesona itu, membuat ku jadi lupa diri. Mungkin ia sendiri tak menyadari betapa istimewanya dia. Namun, yang terpenting bagiku adalah kepeduliannya padaku ketika aku berada dalam kesulitan. Dia selalu menyemangatiku. Memberi ku dorongan untuk bangkit dari keterpurukan. Aku mendapatkan energi positif darinya. Sejak saat itu aku jadi tertarik pada sebuah motivasi. Dan aku bersyukur kepada Sang Pencipta karena telah mempertemukanku dengannya.

Namun, keadaan berubah ketika kursus kami bubar. Aku tak sering lagi bertemu dengannya sehingga komunikasi kami jadi berkurang. Sesekali aku melihatnya dari kejauhan. Ku dapati diriku tengah memandangnya. Dalam sekali. Tak berkedip sedikit pun. Hingga aku tersadar aku ketinggalan bis. Yah, terpaksa nunggu lagi.

Aku terus berpikir, bagaimana caranya bisa dekat dengannya seperti dulu lagi. Namun, apa daya ayam kaki berkaki dua, aku tak punya keberanian untuk mewujudkan itu. Hah, rasanya aku kehilangan motivator terbaikku.

Aku mulai merasa hidupku menjadi hampa. Semangatku mulai pudar. Aku jadi khawatir pada diriku. Dan tak banyak yang bisa ku lakukan saat itu.

Tiba-tiba saja aku berniat untuk menghindarinya. Menjaga jarak dengannya. Soalnya dia sedang mengendarai sepeda motor. Kalau ketabrak kan bahaya. Ketika itu ku lihat dia sedang memboncengi seorang wanita yang ku kenal. Terlihat akrab bagiku. Rasanya tak ada lagi tempat bagiku di sana. Karena tak mungkin aku duduk di rodanya. Ku palingkan wajahku darinya. Saat itu juga ku rasakan bathinku bergejolak bak api yang membara. Ingin marah. Hatiku serasa dicabik-cabik. Apa sebenarnya yang terjadi padaku? Ntah kenapa sejak saat itu aku mulai membenci wanita itu. Padahal aku lumayan berteman baik dengannya.

Ku kira ini akan berlalu dengan cepat. Tapi, aku malah mendekati mereka. Ketika itu aku menemani temanku ke sebuah toko karena ada suatu keperluan. Aku bertemu mereka di sana. Tiba-tiba saja mulutku seperti dikunci. Tak bisa bicara. Lalu kuputuskan untuk tidak menyapanya. Pura-pura tak lihat saja. Kubiarkan temanku yang menyapa mereka. Itulah saat-saat yang menyiksa bagiku.

Keadaanku semakin parah. Aku jadi gamang bertemu dengan pria yang ku kagumi itu. Aku lebih sering menghindar darinya. Kalau bertemu pun aku jadi ragu-ragu untuk menyapanya. Lama-kelamaan aku jadi pendiam. Mm... mungkin itu pertanda aku akan kaya. Kenapa begitu? Karena diam itu emas. Hah, ingin rasanya ku ulangi waktu seakan-akan ku sesali perkenalan itu.

Ketika aku mulai terbiasa dengan keadaan ini, aku medapat sebuah kejutan. Tiba-tiba saja dia muncul di hidupku dan menanyakan kabarku saat ini. Membuatku bagai disambar petir. Aku jadi salah tingkah. Jantungku serasa bercopotan ke sana kemari. Oh Tuhan, belum pernah aku sebahagia ini.

Ternyata waktu itu aku salah mengira. Wanita yang bersamanya ketika itu hanya kebetulan searah pulang dengan rumahnya. Karena dia bawa motor jadi sekalian saja pulang dengannya.

Aku jadi curiga pada diriku. Apa aku hanya sekedar mengaguminya saja? Atau justru lebih dari itu? Apakah aku terlalu berlebihan?

Kemudian ku temukan sesuatu yang luar biasa. Hanya dengan mencintai-Nya lah kita tenang. Dan Cinta abadi itu hanya milik Sang Pencipta. Cinta-Nya lah yang membuat kita hidup.

Aku sadar, tak ada yang bisa ku lakukan saat ini. Aku hanya bisa menunggu. Lalu ku putuskan untuk menjadi 'pengagum rahasianya' saja. Dan entah sampai kapan, aku tak tahu. Yang pastinya selama aku merahasiakan hal itu darinya. Ah, mungkin dia tak kan tahu betapa aku menaruh hati padanya. Biarlah waktu yang akan menjawab. Bagiku ini cukup. Aku akan menjaga perasaan ini. Dan aku akan bahagia jika ia pun bahagia. Meski harus melihatnya hidup dengan wanita pilihannya. Aku mencintainya karena.. cintaku... kepada-Nya.

kupersembahkan kepada "dia" yang menginspirasiku...

Minggu, 21 Agustus 2011

kisahku sebagai pengagum rahasia part I

Cinta. Satu hal yang menarik untuk dibicarakan.Karena saking menariknya, aku bingung mau mulai dari mana.Mungkin bagusnya dari ketika aku mengenalnya saja ya. Baiklah mari kita mulai. Inilah kisahku.
Namun, sebelum itu mari kita bahas definisi cinta itu sendiri. Menurut agamawan, cinta itu adalah selalu taat kepada-Nya. Menurut pahlawan, cinta itu rela berkorban demi negeri. Bangsawan bilang cinta itu keagungan. Hartawan bilang cinta itu uang. Sastrawan bilang cinta itu sesuatu yang menyentuh jiwa. Fisikawan bilang cinta itu bagai kan listrik, nyetrum. Tukang bakwan bilang cinta itu bulat seperti bakwan. Menurut hewan, cinta itu gak jelas. Menurut mbak polwan, cinta itu aku. Menurut mama, cinta itu papa. Menurut papa, cinta itu mama. Menurut yang baca, cinta itu ..... (isi sendiri). Daripada tambah ngaco, mari kita simpulkan saja semua uraian di atas. Dan kesimpulannya adalah apa ya? bingung.. mm.. makin bingung.. Aih.. lupakan saja.


Kalau begitu kita kembali pada pembicaraan awal. Jika ditanya siapa dia, ssstt.. itu rahasia. Jika ditanya kenapa dia, itu juga rahasia. Tapi, kalau ditanya pengen dibeliin apa, dengan senang hati akan ku jawab sejelas-jelasnya.


Oke kembali ke topik awal. Berawal dari lamunan panjangku yang kemudian tersentak ketika ku lihat seseorang di sana. Berjalan bak tentara lagi baris-berbaris. Tubuhnya tinggi, badannya atletis, jalannya tegap, dan pandangannya fokus ke depan. Wah.. siapakah gerangan dia? Aku jadi penasaran. Lalu ku pastikan kakinya menginjak tanah. Sepertinya sepatunya masih baru. Dan tampaknya dia punya kepribadian yang baik. Aku jadi ingin mengenalnya lebih dekat. 


Sudah beberapa hari ini aku memerhatikannya. Tapi, belum juga aku mengetahui siapa namanya. Dia sungguh membuatku penasaran. Mungkin ada saat yang tepat untuk mengenalnya.


Tanpa kuduga, sekarang aku sudah berteman dengannya dan aku sudah tahu namanya. Sungguh perkenalan yang sangat cepat. Itu terjadi ketika aku tidak sengaja bertemu dengannya di kursus itu. Walaupun tidak secara langsung berkenalan, tapi toh sudah saling mengenal.


Lama kelamaan kami makin akrab. Dan aku mulai menemukan keistimewaan yang bersemayam dalam dirinya. Dia punya jiwa climbers sejati. Orang yang kubutuhkan saat ini. Orang yang akan memberikanku motivasi agar tidak mudah menyerah. He is my inspiration. 


 Rasa kagumku semakin hari semakin menggebu dan tak terbendung lagi. Tak dapat dipungkiri, hal itu sangat menggangguku. Dan rasanya sudah melewati ambang batas normal. Aku memulai curiga pada diriku sendiri. Kemudian ku sentuh jidatku. Tidak panas. Ku sentuh lagi. Lha kok tiba-tiba panas. Akhirnya aku sadar bahwa yang ku sentuh saat itu adalah teh panas yang sedang ku seduh......


tunggu kelanjutan ceritanya.