Cinta. Satu hal yang menarik untuk dibicarakan.Karena saking menariknya, aku bingung mau mulai dari mana.Mungkin bagusnya dari ketika aku mengenalnya saja ya. Baiklah mari kita mulai. Inilah kisahku.
Namun, sebelum itu mari kita bahas definisi cinta itu sendiri. Menurut agamawan, cinta itu adalah selalu taat kepada-Nya. Menurut pahlawan, cinta itu rela berkorban demi negeri. Bangsawan bilang cinta itu keagungan. Hartawan bilang cinta itu uang. Sastrawan bilang cinta itu sesuatu yang menyentuh jiwa. Fisikawan bilang cinta itu bagai kan listrik, nyetrum. Tukang bakwan bilang cinta itu bulat seperti bakwan. Menurut hewan, cinta itu gak jelas. Menurut mbak polwan, cinta itu aku. Menurut mama, cinta itu papa. Menurut papa, cinta itu mama. Menurut yang baca, cinta itu ..... (isi sendiri). Daripada tambah ngaco, mari kita simpulkan saja semua uraian di atas. Dan kesimpulannya adalah apa ya? bingung.. mm.. makin bingung.. Aih.. lupakan saja.
Kalau begitu kita kembali pada pembicaraan awal. Jika ditanya siapa dia, ssstt.. itu rahasia. Jika ditanya kenapa dia, itu juga rahasia. Tapi, kalau ditanya pengen dibeliin apa, dengan senang hati akan ku jawab sejelas-jelasnya.
Oke kembali ke topik awal. Berawal dari lamunan panjangku yang kemudian tersentak ketika ku lihat seseorang di sana. Berjalan bak tentara lagi baris-berbaris. Tubuhnya tinggi, badannya atletis, jalannya tegap, dan pandangannya fokus ke depan. Wah.. siapakah gerangan dia? Aku jadi penasaran. Lalu ku pastikan kakinya menginjak tanah. Sepertinya sepatunya masih baru. Dan tampaknya dia punya kepribadian yang baik. Aku jadi ingin mengenalnya lebih dekat.
Sudah beberapa hari ini aku memerhatikannya. Tapi, belum juga aku mengetahui siapa namanya. Dia sungguh membuatku penasaran. Mungkin ada saat yang tepat untuk mengenalnya.
Tanpa kuduga, sekarang aku sudah berteman dengannya dan aku sudah tahu namanya. Sungguh perkenalan yang sangat cepat. Itu terjadi ketika aku tidak sengaja bertemu dengannya di kursus itu. Walaupun tidak secara langsung berkenalan, tapi toh sudah saling mengenal.
Lama kelamaan kami makin akrab. Dan aku mulai menemukan keistimewaan yang bersemayam dalam dirinya. Dia punya jiwa climbers sejati. Orang yang kubutuhkan saat ini. Orang yang akan memberikanku motivasi agar tidak mudah menyerah. He is my inspiration.
Rasa kagumku semakin hari semakin menggebu dan tak terbendung lagi. Tak dapat dipungkiri, hal itu sangat menggangguku. Dan rasanya sudah melewati ambang batas normal. Aku memulai curiga pada diriku sendiri. Kemudian ku sentuh jidatku. Tidak panas. Ku sentuh lagi. Lha kok tiba-tiba panas. Akhirnya aku sadar bahwa yang ku sentuh saat itu adalah teh panas yang sedang ku seduh......
tunggu kelanjutan ceritanya.
Kalau begitu kita kembali pada pembicaraan awal. Jika ditanya siapa dia, ssstt.. itu rahasia. Jika ditanya kenapa dia, itu juga rahasia. Tapi, kalau ditanya pengen dibeliin apa, dengan senang hati akan ku jawab sejelas-jelasnya.
Oke kembali ke topik awal. Berawal dari lamunan panjangku yang kemudian tersentak ketika ku lihat seseorang di sana. Berjalan bak tentara lagi baris-berbaris. Tubuhnya tinggi, badannya atletis, jalannya tegap, dan pandangannya fokus ke depan. Wah.. siapakah gerangan dia? Aku jadi penasaran. Lalu ku pastikan kakinya menginjak tanah. Sepertinya sepatunya masih baru. Dan tampaknya dia punya kepribadian yang baik. Aku jadi ingin mengenalnya lebih dekat.
Sudah beberapa hari ini aku memerhatikannya. Tapi, belum juga aku mengetahui siapa namanya. Dia sungguh membuatku penasaran. Mungkin ada saat yang tepat untuk mengenalnya.
Tanpa kuduga, sekarang aku sudah berteman dengannya dan aku sudah tahu namanya. Sungguh perkenalan yang sangat cepat. Itu terjadi ketika aku tidak sengaja bertemu dengannya di kursus itu. Walaupun tidak secara langsung berkenalan, tapi toh sudah saling mengenal.
Lama kelamaan kami makin akrab. Dan aku mulai menemukan keistimewaan yang bersemayam dalam dirinya. Dia punya jiwa climbers sejati. Orang yang kubutuhkan saat ini. Orang yang akan memberikanku motivasi agar tidak mudah menyerah. He is my inspiration.
Rasa kagumku semakin hari semakin menggebu dan tak terbendung lagi. Tak dapat dipungkiri, hal itu sangat menggangguku. Dan rasanya sudah melewati ambang batas normal. Aku memulai curiga pada diriku sendiri. Kemudian ku sentuh jidatku. Tidak panas. Ku sentuh lagi. Lha kok tiba-tiba panas. Akhirnya aku sadar bahwa yang ku sentuh saat itu adalah teh panas yang sedang ku seduh......
tunggu kelanjutan ceritanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar