Kamis, 01 September 2011

Tepuk Sebelah Tangan Tidak Akan Berbunyi part II

Sampai saat ini, aku masih ingat awal perkenalan ku dengan orang yang tak ku duga itu. Terasa aneh. Namun, aku tak menyadari bahwa ada bahaya yang tersembunyi di balik perkenalan itu. 

Ketika itu aku masih trauma dengan kejadian masa laluku. Dan aku tak mau mengulanginya lagi. Ku biarkan masalah itu berlalu. Aku memilih untuk menutup diri. Menghindari perkenalan dengan orang asing, terutama COWOK. Aku jadi waspada. Saat itu aku berprinsip bahwa jangan mudah memberikan informasi yang bersifat pribadi pada orang lain.

Mulanya, aku ragu dengan perkenalan itu. Baiknya ku tanggapi saja atau ku abaikan saja? Soalnya aku mengenal orang itu. Dia senior bagiku. Ya, meskipun aku belum pernah berkenalan dan berbicara langsung dengannya. Akhirnya ku putuskan untuk menanggapinya. Hitung-hitung nambah pertemanan. Dan di sini lah dimulainya masalah itu.

Dari perkenalan itu aku mengetahui sedikit banyak tentangnya. Ternyata dia orang yang baik. Aku pun mulai nyaman dengan setiap pembicaraan kami. Mungkin itu juga karena aku tak bertatapan muka langsung dengannya. Dan kini, aku tak canggung lagi dengannya. Dia serasa abangku sendiri.

Kami pun semakin akrab. Hingga aku menemukan sesuatu yang istimewa darinya. Dan lagi-lagi aku mendapati diriku sedang terkagum-kagum padanya. Aih, aku begitu lagi. Padahal aku kan sudah menjadi pengagum rahasia "dia" pada kisah sebelumnya. Ada apa lagi ini?

Semakin hari rasa kagumku semakin bertambah. Aku semakin termotivasi karenanya. Aku ingin sukses seperti dia. Tapi, entah kenapa aku malah jd susah untuk fokus belajarnya. Loadingnya jadi kelamaan. Baca soal pun mesti diulang-ulang. Apa aku terlalu memikirkan banyak hal? Hmm.. Rasanya tidak juga. Atau kah karena aku justru hanya memikirkan satu hal saja?

Keadaan itu menjadi parah ketika terjadi sebuah kesalahpahaman. Ya, karena hal sepele lah. Dicuekin. Tiba-tiba saja semangatku hilang. Ngapa-ngapain jadi susah. Aku jadi sedih. Aku lebih suka murung karenanya. Hah, rasanya aku ingin protes. Aku tak terima. Kenapa hanya aku yang jadi begini. Aku ingin seperti dulu. Tetap semangat dan banyak senyum. Aku gak suka keadaan ku ini. Mungkinkah ini yang dinamakan tepuk sebelah tangan tidak akan berbunyi?

Aku pun mulai lelah karenanya. Lama-kelamaan aku jd jenuh dengan keadaan ini. Dan aku mulai berpikir, kenapa aku membuang-buang waktuku hanya karena hal sepele ini? Aku kan juga punya mimpi-mimpi dan ambisi. Bejibun malah. Kenapa mesti mikir yang nggak-nggak. Lebih baik aku selalu berpikir positif  dan tetap berprasangka baik padanya. Toh dia juga punya kehidupan sendiri. Lagian aku bukan siapa-siapa baginya. Peranku kan hanya sebagai tokoh figuran. Tak begitu penting lah.

Aku mendapatkan pelajaran penting dalam hal ini. Jangan mudah terbawa suasana, tetap fokus pada tujuan, dan selalu berprasangka baik. Aku bersyukur bisa mengenalnya. Aku jadi bisa belajar banyak hal. Aku ingin sukses seperti dia. Dan tekadnya yang kuat itu dengan filosofinya "Harus bisa!", membuatku semakin terkagum-kagum padanya. Aku juga tak harus melupakan dia. Aku akan menyimpannya baik-baik dalam album kenangan terbaikku... hanya di hatiku...


semoga kelak rasa ini tersampaikan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar