Labil. Satu kata yang fenomenal bagiku. Setiap kali aku mendengar kata itu, aku jadi teringat pada seseorang. Dia lah yang membuatku banyak belajar dari kata itu. Namun, dia bukanlah orang yang ku ceritakan pada kisah sebelumnya. Dia juga membuat ku merasakan sensasi dari kata itu. Yah, bagiku itu hal yang wajar, selama aku masih berada dalam tahap pencarian jati diri. Kalau sudah melewati tahap itu, aku mesti kerja keras melawan 'labil' itu. karena bukan masanya lagi untuk ku labil. Aku harus memikirkan masa depanku. Mungkin saat itu, tak ada lagi waktu untuk ku bersantai-santai. Aku harus serius.
Tapi, bagiku tahap pencarian inilah yang paling sulit. Sebab untuk menakhlukkan 'labil' itu sendiri perlu jiwa yang kuat dan juga pribadi yang handal dalam menyelesaikan masalah. Namun, yang tak kalah penting adalah rasa optimisme yang tinggi. Karena dengan selalu optimis lah kita akan terus mencoba dan berusaha meskipun telah berulang kali mengalami kegagalan. Tapi, semua itu tak semudah membalikkan telapak tangan.
Dan sekarang kita kembali lagi ke pokok masalahnya. Dan berawal dari sebuah perkenalan lagi, aku mendapatkan masalah baru lagi. Padahal masalah yang waktu itu saja belum kelar. Hah, mungkin labilku parah sekali hingga menganggap semua itu sebagai masalah. Bukankah suatu hal yang lumrah bagi setiap orang untuk bisa mengenal sesamanya?
Masalah itu bermula ketika aku telah terbiasa dengan masalah yang ku alami pada kisah sebelumnya. Aku sudah bisa menyesuaikan perasaanku. Aku pun mulai stabil. Tapi, tak ku sangka aku diuji lagi lagi dengan masalah yang sama seperti waktu itu. Namun, dengan orang yang berbeda. Mungkin aku disuruh belajar dari pengalamanku sebelumnya. Tapi, ntah kenapa aku terjebak lagi di lubang yang sama. Oh, Tuhan...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar